Akan tiba waktunya
dimana semua akan menjadi biasa,
tak ada lagi air mata dan canda tawa...
kekosongan melanda.
Akan tiba waktunya
senyum kembali hadir di bibir,
tak ada lagi getir...
kebahagiaan akan tiba.
Akan tiba waktunya
rasa duka kembali melanda,
membawa mendung kedalam relung hati...
kembali sakit menghampiri.
Akankah tiba waktunya ?
jika kekosongan terlalu lama hinggap,
yang tersisa hanyalah gelap...
15 May 2011
04 May 2011
Antara penguasa dan rakyat
Tiba - tiba saya ingin menulis sesuatu di dalam blog ini. Sesuatu yang sebenarnya sudah lama ingin saya sampaikan kepada kalian semua, sesuatu yang sering menggangu saya dan mungkin anda juga pernah mengalami gangguan dari hal tersebut. Keistimewaan perlakuan yang didapatkan oleh para pemangku kekuasaan (sebut saja misalnya Bupati, Kapolri, Presiden, Menteri, dkk) seperti misalkan penjagaan yang ketat jikala mereka berkunjung ke sebuah acara, didahuluinya mereka jika sedang melaksanakan perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain (dengan alasan ketentuan protokoler), bahkan disediakannya saf - saf atau tempat terdepan disaat mereka melaksanakan ibadah.
Hal tersebut mungkin jika kita melihat ketentuan protokol pengamanan Presiden / Bupati / Menteri dkk dimaksudkan untuk mengamankan keberadaan para pemangku jabatan publik tersebut agar terlindungi dari gangguan dan mungkin serangan yang akan datang, disamping juga untuk menjamin agar kedatangan mereka dapat tepat waktu di acara yang hendak mereka hadiri. Tetapi dapat kita lihat bagaimana masif nya dampak pengamanan yang menurut saya berlebihan tersebut kepada masyarakat luas. Kemacetan misalnya, hampir disetiap saat para pemangku jabatan publik tersebut hendak melintasi jalan raya maka dapat dipastikan akan adanya pendahuluan yang diberikan terhadap mereka, sehingga arus kendaraan yang akan melintasi jalan tersebut dari arah yang berlawanan dari arah kedatangan mereka mengalami kemacetan yang dapat berkilo - kilo panjangnya. Kemudian sterilisasi daerah yang akan dikunjungi oleh mereka, seperti contohnya bantaran rel KA di Jakarta ataupun Pasar - pasar, pasti akan segera "bersih" dan "rapi" seketika saat mereka akan melintas ataupun akan berkunjung. Semata - mata 'kebersihan" dan "kerapihan" tempat tersebut ada setiap saat, padahal disaat mereka telah pergi pun tempat tersebut akan kembali ke kondisi sebelumnya, kumuh dan penuh dengan masyarakat kurang mampu yang termajinalkan oleh kejamnya perekonomian Indonesia yang hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. ABS (Asal Bapak Senang) menjadi jargon yang juga diterapkan setiap saat oleh para pengawal untuk menciptakan suasana hati yang menyenangkan bos nya.
Sejujurnya saya sangat tidak suka dengan keberadaan pengamanan (dalam segala bentuk) yang berlebihan terhadap para "bos" tersebut. Dampak yang timbul sungguh besar menurut saya. Masyarakat harus secara terpaksa mengalami kemacetan jikala mereka melintasi jalan raya, jikala mereka melanggar peraturan lalu lintas dengan cara menerobos lampu merah secara "legal", jikala masyarakat harus secara terpaksa dilenyapkan keberadaannya saat mereka hendak berkunjung ke suatu tempat. IRONIS ! Suatu hal yang menurut saya justru dapat menimbulkan kesenjangan dan kebencian semakin dalam oleh rakyat terhadap para penguasa. Mereka tidak sadar bahwa kesenjangan yang selalu dielu - elukan oleh mereka untuk ditiadakan dan dipersempit jaraknya justru semakin lebar adanya karena, tiada sebab lain, ulah dan protokoler yang mereka gunakan sendiri !
Apakah tidak cukup untuk berperilaku normal dalam berkegiatan sehari - sehari menjalankan tugas mereka ? Tanpa adanya perlakuan super istimewa dan khusus untuk mereka, saya rasa para penguasa tersebut masih tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Masyarakat pun saya yakin akan merasa semakin dekat dengan pemimpinnya jika mereka merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh rakyatnya. Merasakan kemacetan, kesemrawutan pasar, perebutan tempat saat hendak beribadah jika datang terlambat, dan hal - hal lainnya. Saya yakin, dengan cara seperti itu (peniadaan atau mungkin pengurangan intensitas perlindungan) justru akan semakin meningkatkan kepercayaan publik dan keamanan terhadap penguasa tersebut, walaupun mungkin dalam skala kecil.
Perubahan dalam skala besar terhadap isi protokoler pengamanan para penguasa tersebut harus dilakukan, tanpa adanya kompromi, harus segera dilakukan ! Kondisi dan situasi Indonesia menurut saya memungkinkan untuk para penguasa tersebut berperilaku "normal" didalam berkegiatan sehari - hari. Bukankah masyarakat Indonesia itu pada dasarnya adalah masyarakat yang sopan dan ramah ? oleh karena itu, untuk apa engkau takut terhadap kami, wahai para penguasa ?
Hal tersebut mungkin jika kita melihat ketentuan protokol pengamanan Presiden / Bupati / Menteri dkk dimaksudkan untuk mengamankan keberadaan para pemangku jabatan publik tersebut agar terlindungi dari gangguan dan mungkin serangan yang akan datang, disamping juga untuk menjamin agar kedatangan mereka dapat tepat waktu di acara yang hendak mereka hadiri. Tetapi dapat kita lihat bagaimana masif nya dampak pengamanan yang menurut saya berlebihan tersebut kepada masyarakat luas. Kemacetan misalnya, hampir disetiap saat para pemangku jabatan publik tersebut hendak melintasi jalan raya maka dapat dipastikan akan adanya pendahuluan yang diberikan terhadap mereka, sehingga arus kendaraan yang akan melintasi jalan tersebut dari arah yang berlawanan dari arah kedatangan mereka mengalami kemacetan yang dapat berkilo - kilo panjangnya. Kemudian sterilisasi daerah yang akan dikunjungi oleh mereka, seperti contohnya bantaran rel KA di Jakarta ataupun Pasar - pasar, pasti akan segera "bersih" dan "rapi" seketika saat mereka akan melintas ataupun akan berkunjung. Semata - mata 'kebersihan" dan "kerapihan" tempat tersebut ada setiap saat, padahal disaat mereka telah pergi pun tempat tersebut akan kembali ke kondisi sebelumnya, kumuh dan penuh dengan masyarakat kurang mampu yang termajinalkan oleh kejamnya perekonomian Indonesia yang hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. ABS (Asal Bapak Senang) menjadi jargon yang juga diterapkan setiap saat oleh para pengawal untuk menciptakan suasana hati yang menyenangkan bos nya.
Sejujurnya saya sangat tidak suka dengan keberadaan pengamanan (dalam segala bentuk) yang berlebihan terhadap para "bos" tersebut. Dampak yang timbul sungguh besar menurut saya. Masyarakat harus secara terpaksa mengalami kemacetan jikala mereka melintasi jalan raya, jikala mereka melanggar peraturan lalu lintas dengan cara menerobos lampu merah secara "legal", jikala masyarakat harus secara terpaksa dilenyapkan keberadaannya saat mereka hendak berkunjung ke suatu tempat. IRONIS ! Suatu hal yang menurut saya justru dapat menimbulkan kesenjangan dan kebencian semakin dalam oleh rakyat terhadap para penguasa. Mereka tidak sadar bahwa kesenjangan yang selalu dielu - elukan oleh mereka untuk ditiadakan dan dipersempit jaraknya justru semakin lebar adanya karena, tiada sebab lain, ulah dan protokoler yang mereka gunakan sendiri !
Apakah tidak cukup untuk berperilaku normal dalam berkegiatan sehari - sehari menjalankan tugas mereka ? Tanpa adanya perlakuan super istimewa dan khusus untuk mereka, saya rasa para penguasa tersebut masih tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Masyarakat pun saya yakin akan merasa semakin dekat dengan pemimpinnya jika mereka merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh rakyatnya. Merasakan kemacetan, kesemrawutan pasar, perebutan tempat saat hendak beribadah jika datang terlambat, dan hal - hal lainnya. Saya yakin, dengan cara seperti itu (peniadaan atau mungkin pengurangan intensitas perlindungan) justru akan semakin meningkatkan kepercayaan publik dan keamanan terhadap penguasa tersebut, walaupun mungkin dalam skala kecil.
Perubahan dalam skala besar terhadap isi protokoler pengamanan para penguasa tersebut harus dilakukan, tanpa adanya kompromi, harus segera dilakukan ! Kondisi dan situasi Indonesia menurut saya memungkinkan untuk para penguasa tersebut berperilaku "normal" didalam berkegiatan sehari - hari. Bukankah masyarakat Indonesia itu pada dasarnya adalah masyarakat yang sopan dan ramah ? oleh karena itu, untuk apa engkau takut terhadap kami, wahai para penguasa ?
Subscribe to:
Posts (Atom)