24 August 2012

Politik Agama



Tulisan ini dimunculkan dengan tujuan untuk membuka ruang diskusi yang lebih luas dalam masyarakat. Sesungguhnya penulis sendiri adalah manusia yang memiliki banyak kekurangan. Jika ada salah kata dan penjelasan dalam tulisan ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Jika melihat dari definisi kata, ‘politik’ dan ‘agama’ sebenarnya memiliki posisi yang saling bertolak belakang. Walaupun terdapat juga beberapa persilangan antara kedua kata tersebut. Persilangan yang dimaksud pada akhirnya menghasilkan kalimat ‘politik agama’.
Politik, kata tersebut kerap dianggap masyarakat sebagai hal yang kotor, membingungkan, dan korupsi—dalam konteks Indonesia. Sedangkan agama dipandang sebagian masyarakat sebagai sebuah hal yang hakiki dan suci. Jika digabungkan, kedua kata tersebut jelas akan menimbulkan suatu ke-rancu-an. Politik agama dapat dikatakan sebagai sebuah upaya yang dilakukan oleh manusia, untuk dapat menodai kesucian agama.

08 July 2012

Terima Kasih

Untuk semua ucapan, doa, dan harapan yang disampaikan

Untuk semua perhatian yang telah diberikan

Untuk setiap kritik membangun yang selalu disampaikan


Untuk sedikit waktu yang telah diluangkan demi diri ini

Untuk segala kebaikan kalian


27 June 2012

Kata Hati

Apa kabar pagi ini ? semoga masih bisa kusapa dengan segar ya nanti..

Hari semakin dingin, Jogja hari ini begitu tidak menerima matahari. Entah apa yang menghalangi. Bagiku ini hanya siklus alam, yang memiliki arti tersembunyi.

Manusia memang selalu menyalahkan kenyamanan. Panas memohon dingin, dingin menanti panas. Maumu apa ? Jika hanya mengeluh, lama-lama kau pun akan terbunuh takdir !

Yah, sedikit tulisan ini untuk mengakhiri hari. Ingin terlelap, namun resah membayangi. Kenapa disana ? jangan mendekat, aku tak ingin nanti pagi terlambat...

Begitu indah hari yang baru saja pergi, warna-warni menghiasi. Jika rejeki memang tak kemana. Pengalaman kalian membantu saya untuk tumbuh dewasa.

Pendidikan (Inter)Nasional


Sumber : < http://www.gema-nurani.com/wp-content/uploads/2012/02/RSBI.jpg >

Apa gunanya hidup tanpa melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar kita ? Sebagai makhluk sosial, manusia memang ditakdirkan untuk terus menjalin hubungan dengan lingkungannya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika hidup di dunia ini dilakukan tanpa interaksi sama sekali. Kosong, itu mungkin jawabnya. Urgensi interaksi dalam kehidupan memang nyata adanya.

Tak ayal, negara yang hadir karena adanya kesatuan antara beberapa manusia di dalam suatu wilayah  juga membutuhkan interaksi dengan lingkungannya. Dunia, lingkungan universal yang di dalamnya terdapat banyak negara dengan latar belakang berbeda-beda, menjadi arena. Negara sebagai aktor memiliki hakikat untuk terus berinteraksi dengan sesamanya di dalam arena tersebut.

Hubungan universal yang terjalin itu sudah ada sejak konsep negara hadir di jaman Yunani Kuno. Tentu pada awalnya hubungan yang terbentuk masih bersifat sederhana. Bentuk interaksi yang terbangun tersebut dapat berupa perang, perdagangan dan kerjasama contohnya. Namun, seiring perkembangan jaman batas-batas geografi yang sempat menghalangi mulai hilang. Kemajuan teknologi menjadi faktor utama hilangnya batas-batas tersebut. Alhasil, dapat dikatakan bahwa kualitas interaksi antar negara di dunia mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan masa-masa awal terjalinnya hubungan universal tersebut.

Kali ini, penulis akan memberatkan pembahasan pada bentuk hubungan universal berupa kerjasama antar negara. Aspek pendidikan menjadi fokusnya. Kerjasama dalam bidang pendidikan menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh semua negara. Perbedaan ras dan budaya antara masing-masing negara menimbulkan adanya keberagaman ilmu dan pengetahuan di dunia ini. Menjadi wajar ketika pada akhirnya setiap negara memiliki hasrat untuk saling bertukar ilmu pengetahuan.

30 May 2012

Lelah

"Aku lelah dibujukmu, lepaskan jangan kau menggoda"
Jalan Pulang - Lelah

Dengan tenang lagu tersebut mengiringi saya untuk menulis blog di dinihari ini. Begitu menumpuk tugas dan kewajiban yang harus dijalankan, sementara saya tangguhkan hanya demi menulis disini. Mencoba untuk sejenak keluar dari rutinitas yang akhir-akhir ini memang membuat saya lelah.

Manusia itu memiliki batas. Dalam segala hal, kita memang mahluk sempurna yang juga memiliki keterbatasan tak terhingga dalam menjalani hidup ini.

Ah, coba bayangkan..sehabis ini saya akan kembali berhadapan dengan kewajiban mengedit tulisan yang sangat banyak. Belum lagi bisikan hasil wawancara yang masih tersimpan di handphone meminta perhatian. Oh ya, untuk besok kamis pun tugas belum sepenuhnya saya rampungkan !

17 May 2012

Merdeka

Penuh makna saya ucap sebuah kata
Indah dan nyata dalam angan
Layaknya pahala dan surga dalam agama

Tidak mudah memahami
Tidak sulit untuk berani
Jika memang ditekuni, tidak akan sekedar angan

Bebas dan luhur, begitu indah
Memang begitu adanya, mempesona
Saya terkesan,
Komitmen hati dan aksi nyata perlu

Merdeka, atau apapun namamu...
Mari bertemu dan hindari malu
Jangan mengendap dalam angan,
Saya tidak butuh ciuman, pelukan darimu
yang kudamba, hadirmu denganku

Tagih janji ini, jika suatu hari kuingkari
Aneh mendekati, 
tapi angan adalah awal...
Langkah sudah kutempuh, 
mari temani diri ini

Merdeka ! :)

11 May 2012

Idealisme dan Realitas Mahasiswa Kontemporer[1]


Merdeka !!!

Istilah idealisme yang kerap dipergunakan oleh mahasiswa dalam menjelaskan arti dari “konsep kesempurnaan” ternyata tidak dapat dipahami dengan begitu mudahnya. Memang benar adanya jika idealisme memiliki arti yang sama dengan “kebenaran”, “kesempurnaan”, maupun “cita-cita”. Namun, ketika kata idealisme dilekatkan sejajar dengan mahasiswa, maka hal tersebut dapat menimbulkan ambiguitas dalam hal pemaknaan arti gabungan kata tersebut. Cita-cita maupun konsep kesempurnaan yang dimiliki oleh setiap mahasiswa juga hadir dalam setiap diri manusia. Secara garis besar, berbagai macam bentuk idealisme pada setiap diri manusia sebenarnya memiliki suatu nilai yang sama, hanya memang konsep pembentuknya yang berbeda-beda.

Ketika kita misalnya membicarakan sebuah materi yang disebut “kursi”, maka bayangan apa yang akan tercipta dalam imajinasi untuk menggambarkan benda tersebut ? Tidak ada jaminan akan adanya kesamaan antara konsep yang dimiliki oleh aktor A dengan apa yang dibayangkan oleh aktor B. Namun, perbedaan konsep tersebut tetap memiliki satu nilai bersama, yaitu kursi yang dapat digunakan untuk duduk, memiliki ‘kaki’, dan digunakan untuk mengurangi rasa lelah ketika manusia terlalu lama berdiri.

Contoh diatas dapat membantu kita dalam memahami makna dari kata idealisme itu sendiri. Sebuah cita-cita dan tujuan sempurna yang dimiliki oleh setiap manusia, tanpa terkecuali, menghadirkan adanya berbagai macam metode untuk mencapai idealitas tersebut. Realitas yang ada saat ini menyiratkan bahwa, ternyata idealisme dalam diri manusia tersebut masih nyata adanya. Kegiatan berpikir untuk mencapai suatu taraf hidup yang lebih baik – dengan ukuran taraf “hidup baik” yang berbeda-beda tentunya – merupakan sebuah nilai idealisme yang pasti dimiliki dan dijalani oleh setiap manusia. Jadi, idealisme yang dimiliki oleh mahasiswa dapat dikatakan merupakan hal yang juga dimiliki oleh setiap individu yang tidak termasuk golongan “mahasiswa”

Marjinalisasi Pangan Dalam Pembangunan


Sebagai negara yang berada di jalur khatulistiwa, Indonesia seharusnya mampu mencapai swasembada pangan untuk digunakan demi kemakmuran bersama. Namun ternyata hingga saat ini swasembada pangan masih jauh dari angan. Setiap tahun berjalan import hasil-hasil pertanian, perkebunan dan perikanan selalu dilakukan oleh pemerintah. Tanpa berpikir panjang, dengan senang hati pemerintah ‘memaksa’ rakyat Indonesia untuk menikmati makanan yang bahan-bahannya berasal dari negara lain.

Keputusan tersebut bukan tanpa alasan dilakukan oleh pemerintah. Alasan stok bahan makanan yang tipis menjadi andalan bagi mereka untuk melakukan import. Namun, seharusnya pemerintah dapat melihat penyebab utama menipisnya stok bahan makanan untuk masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang menjadi penyebab kelangkaan pangan tersebut adalah berkurangnya lahan pertanian dan perkebunan di seluruh wilayah negara agraris ini. Degradasi lahan tersebut dapat dilihat secara jelas adanya oleh seluruh kalangan. Alih fungsi sawah dan ladang menjadi wilayah industri serta perumahan di beberapa daerah semakin meningkat jumlahnya tiap tahun berjalan.

13 April 2012

Perintah Warna

Baru tadi kulewati perempatan utara Jogja
perlahan menunda laju, kuning muncul
terhenti dan menepi, menghormati merah menyala
setelah hijau menyapa, roda kembali menggesek bumi

Bukan tak ada makna warna disana
simbol hidup !
semua harus tetap berjalan
sedikit menghormati, ada kalanya melaju pelan
hingga datang merah, dan segalanya terhenti.

04 March 2012

Sedikit Kriteria Ideal Untuk Gubernur Jakarta


Pertengahan tahun 2012 ini ibukota negara Indonesia, Jakarta, akan menyelenggarakan pesta demokrasi secara prosedural melalui proses pilkada. Seperti yang telah kita ketahui bersama, hingga saat ini berbagai permasalahan masih tetap setia menyelimuti seluruh aspek kehidupan di dalam ibukota Indonesia tersebut. Berbagai permasalahan tersebut diantaranya adalah tingginya tingkat kepadatan penduduk, kriminalitas, kesenjangan ekonomi, hingga kemacetan yang selalu menghiasi wajah kota tersebut setiap harinya. Melihat tingginya kualitas serta kuantitas permasalahan di Jakarta, maka wajar jika proses pilkada tersebut diharapkan dapat menghasilkan sosok pemimpin yang mampu melakukan koordinasi serta memberikan arah jelas terkait tujuan pembangunan Jakarta kedepannya.

Sebenarnya yang dibutuhkan oleh DKI Jakarta bukan hanya sosok pemimpin yang ideal semata. Kesadaran akan pentingnya kerjasama oleh setiap aktor yang terlibat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta juga harus tercipta. Namun, penciptaan kesadaran akan pentingnya penerapan nilai gotong royong dalam kehidupan masyarakat Jakarta dapat berasal dari internal maupun eksternal aktor-aktor terkait. Disini, fungsi pemimpin sebagai sosok yang dipercaya untuk mengawal pembangunan secara bersama-sama tersebut menjadi penting adanya.

Hingga saat ini pembangunan DKI Jakarta tampak dilakukan tanpa adanya dasar perencanaan jangka panjang yang dimiliki oleh para Gubernur kota tersebut. Visi misi yang disampaikan secara masif saat masa kampanye berlangsung menjadi buyar seketika setelah sang calon Gubernur terpilih untuk memimpin Jakarta. Pembangunan kota yang cenderung memihak pihak swasta dan hanya mengedepankan aspek pertumbuhan ekonomi menjadi bukti dari tidak adanya rencana jangka panjang tersebut. Pemihakan terhadap salah satu aktor (pihak swasta) tersebut dapat dilihat dari data yang menyebutkan bahwa jumlah mall di Jakarta telah mencapai angka 170 pada tahun 2010 lalu.[1] Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung juga berdampak terhadap tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi di ibukota Indonesia tersebut. Pada akhir tahun 2011 yang lalu, DKI Jakarta berhasil menempati posisi pertama sebagai daerah yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional dan memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.[2]

08 February 2012

Meraba Orientasi Mahasiswa


Kondisi pendidikan tinggi di Indonesia saat ini kembali memasuki masa-masa kegelapan dalam beberapa aspek. Jika dibandingkan dengan kondisi di era Orde Baru, dimana mahasiswa hidup ‘berdampingan’ dengan para intel yang berkeliaran di kampus, jelas saat ini kondisi sudah semakin baik adanya. Saat ini mahasiswa sudah tidak perlu khawatir lagi untuk memulai diskusi dan menuangkan tulisan ke dalam lembaran-lembaran kertas yang memuat kritikan terhadap penguasa. Penyebaran berbagai macam ideologi pun sudah dapat dilakukan dengan begitu bebasnya melalui berbagai macam media yang tersedia. Hal tersebut  tidak seperti di era Orba yang begitu ketat melarang masyarakat untuk mempelajari jenis-jenis ideologi di dunia, terkecuali ‘ideologi pembangunan’ dan pancasila yang sudah banyak disalah artikan pada masa itu.

Kemudian, dimana letak kemunduran kondisi pendidikan saat ini ? Jika kita hanya sebatas melihat pada aspek-aspek penjamin ketersediaan kebebasan dan fasilitas, memang saat ini sudah terjadi kemajuan yang sangat pesat dalam hal tersebut. Namun, jika kita palingkan pandangan pada aspek-aspek pemanfaatan kebebasan dan fasilitas tersebut, maka kita akan menemukan kondisi  yang memprihatinkan saat ini. Intensitas dan kualitas pendidikan semakin mengalami degradasi. Tujuan mahasiswa sebagai aktor yang mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi saat ini mayoritas hanya semata untuk mendapatkan ijazah dengan muatan nilai-nilai bagus di dalamnya. Perlombaan untuk mendapatkan nilai bagus dengan jangka waktu studi yang singkat menjadi ciri khas dari kondisi mahasiswa saat ini. Esensi mahasiswa yang sudah menyandang gelar “maha” di depan kata “siswa” tersebut seakan makin pudar adanya. Semakin jarang bukan kita temui suasana diskusi cair yang bersubstansi di kalangan mahasiswa ? perubahan sosial yang terjadi karena campur tangan mahasiswa di dalamnya juga semakin jarang kita temui saat ini. Di lain sisi, semakin banyak mahasiswa yang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai bagus dalam ujian di bangku perkuliahan.

30 January 2012

Jarak dan Waktu

Mereka tidak mengerti  luka dibalik bahagia
Seperti bis kota dan transjakarta di ibukota
Saling memusuhi untuk mencari,
Namun masing-masing memenuhi

Saya seperti pejalan kaki, yang lelah untuk melangkah
aku harus berlari, namun tak ingin menyia-nyiakan hari
menyadari, waktu tak mungkin terus menanti