30 May 2012

Lelah

"Aku lelah dibujukmu, lepaskan jangan kau menggoda"
Jalan Pulang - Lelah

Dengan tenang lagu tersebut mengiringi saya untuk menulis blog di dinihari ini. Begitu menumpuk tugas dan kewajiban yang harus dijalankan, sementara saya tangguhkan hanya demi menulis disini. Mencoba untuk sejenak keluar dari rutinitas yang akhir-akhir ini memang membuat saya lelah.

Manusia itu memiliki batas. Dalam segala hal, kita memang mahluk sempurna yang juga memiliki keterbatasan tak terhingga dalam menjalani hidup ini.

Ah, coba bayangkan..sehabis ini saya akan kembali berhadapan dengan kewajiban mengedit tulisan yang sangat banyak. Belum lagi bisikan hasil wawancara yang masih tersimpan di handphone meminta perhatian. Oh ya, untuk besok kamis pun tugas belum sepenuhnya saya rampungkan !

17 May 2012

Merdeka

Penuh makna saya ucap sebuah kata
Indah dan nyata dalam angan
Layaknya pahala dan surga dalam agama

Tidak mudah memahami
Tidak sulit untuk berani
Jika memang ditekuni, tidak akan sekedar angan

Bebas dan luhur, begitu indah
Memang begitu adanya, mempesona
Saya terkesan,
Komitmen hati dan aksi nyata perlu

Merdeka, atau apapun namamu...
Mari bertemu dan hindari malu
Jangan mengendap dalam angan,
Saya tidak butuh ciuman, pelukan darimu
yang kudamba, hadirmu denganku

Tagih janji ini, jika suatu hari kuingkari
Aneh mendekati, 
tapi angan adalah awal...
Langkah sudah kutempuh, 
mari temani diri ini

Merdeka ! :)

11 May 2012

Idealisme dan Realitas Mahasiswa Kontemporer[1]


Merdeka !!!

Istilah idealisme yang kerap dipergunakan oleh mahasiswa dalam menjelaskan arti dari “konsep kesempurnaan” ternyata tidak dapat dipahami dengan begitu mudahnya. Memang benar adanya jika idealisme memiliki arti yang sama dengan “kebenaran”, “kesempurnaan”, maupun “cita-cita”. Namun, ketika kata idealisme dilekatkan sejajar dengan mahasiswa, maka hal tersebut dapat menimbulkan ambiguitas dalam hal pemaknaan arti gabungan kata tersebut. Cita-cita maupun konsep kesempurnaan yang dimiliki oleh setiap mahasiswa juga hadir dalam setiap diri manusia. Secara garis besar, berbagai macam bentuk idealisme pada setiap diri manusia sebenarnya memiliki suatu nilai yang sama, hanya memang konsep pembentuknya yang berbeda-beda.

Ketika kita misalnya membicarakan sebuah materi yang disebut “kursi”, maka bayangan apa yang akan tercipta dalam imajinasi untuk menggambarkan benda tersebut ? Tidak ada jaminan akan adanya kesamaan antara konsep yang dimiliki oleh aktor A dengan apa yang dibayangkan oleh aktor B. Namun, perbedaan konsep tersebut tetap memiliki satu nilai bersama, yaitu kursi yang dapat digunakan untuk duduk, memiliki ‘kaki’, dan digunakan untuk mengurangi rasa lelah ketika manusia terlalu lama berdiri.

Contoh diatas dapat membantu kita dalam memahami makna dari kata idealisme itu sendiri. Sebuah cita-cita dan tujuan sempurna yang dimiliki oleh setiap manusia, tanpa terkecuali, menghadirkan adanya berbagai macam metode untuk mencapai idealitas tersebut. Realitas yang ada saat ini menyiratkan bahwa, ternyata idealisme dalam diri manusia tersebut masih nyata adanya. Kegiatan berpikir untuk mencapai suatu taraf hidup yang lebih baik – dengan ukuran taraf “hidup baik” yang berbeda-beda tentunya – merupakan sebuah nilai idealisme yang pasti dimiliki dan dijalani oleh setiap manusia. Jadi, idealisme yang dimiliki oleh mahasiswa dapat dikatakan merupakan hal yang juga dimiliki oleh setiap individu yang tidak termasuk golongan “mahasiswa”

Marjinalisasi Pangan Dalam Pembangunan


Sebagai negara yang berada di jalur khatulistiwa, Indonesia seharusnya mampu mencapai swasembada pangan untuk digunakan demi kemakmuran bersama. Namun ternyata hingga saat ini swasembada pangan masih jauh dari angan. Setiap tahun berjalan import hasil-hasil pertanian, perkebunan dan perikanan selalu dilakukan oleh pemerintah. Tanpa berpikir panjang, dengan senang hati pemerintah ‘memaksa’ rakyat Indonesia untuk menikmati makanan yang bahan-bahannya berasal dari negara lain.

Keputusan tersebut bukan tanpa alasan dilakukan oleh pemerintah. Alasan stok bahan makanan yang tipis menjadi andalan bagi mereka untuk melakukan import. Namun, seharusnya pemerintah dapat melihat penyebab utama menipisnya stok bahan makanan untuk masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang menjadi penyebab kelangkaan pangan tersebut adalah berkurangnya lahan pertanian dan perkebunan di seluruh wilayah negara agraris ini. Degradasi lahan tersebut dapat dilihat secara jelas adanya oleh seluruh kalangan. Alih fungsi sawah dan ladang menjadi wilayah industri serta perumahan di beberapa daerah semakin meningkat jumlahnya tiap tahun berjalan.