Pertengahan
tahun 2012 ini ibukota negara Indonesia, Jakarta, akan menyelenggarakan pesta
demokrasi secara prosedural melalui proses pilkada. Seperti yang telah kita
ketahui bersama, hingga saat ini berbagai permasalahan masih tetap setia
menyelimuti seluruh aspek kehidupan di dalam ibukota Indonesia tersebut.
Berbagai permasalahan tersebut diantaranya adalah tingginya tingkat kepadatan
penduduk, kriminalitas, kesenjangan ekonomi, hingga kemacetan yang selalu
menghiasi wajah kota tersebut setiap harinya. Melihat tingginya kualitas serta
kuantitas permasalahan di Jakarta, maka wajar jika proses pilkada tersebut
diharapkan dapat menghasilkan sosok pemimpin yang mampu melakukan koordinasi
serta memberikan arah jelas terkait tujuan pembangunan Jakarta kedepannya.
Sebenarnya
yang dibutuhkan oleh DKI Jakarta bukan hanya sosok pemimpin yang ideal semata. Kesadaran
akan pentingnya kerjasama oleh setiap aktor yang terlibat dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Jakarta juga harus tercipta. Namun, penciptaan kesadaran
akan pentingnya penerapan nilai gotong royong dalam kehidupan masyarakat
Jakarta dapat berasal dari internal maupun eksternal aktor-aktor terkait.
Disini, fungsi pemimpin sebagai sosok yang dipercaya untuk mengawal pembangunan
secara bersama-sama tersebut menjadi penting adanya.
Hingga
saat ini pembangunan DKI Jakarta tampak dilakukan tanpa adanya dasar
perencanaan jangka panjang yang dimiliki oleh para Gubernur kota tersebut. Visi
misi yang disampaikan secara masif saat masa kampanye berlangsung menjadi buyar
seketika setelah sang calon Gubernur terpilih untuk memimpin Jakarta.
Pembangunan kota yang cenderung memihak pihak swasta dan hanya mengedepankan
aspek pertumbuhan ekonomi menjadi bukti dari tidak adanya rencana jangka
panjang tersebut. Pemihakan terhadap salah satu aktor (pihak swasta) tersebut
dapat dilihat dari data yang menyebutkan bahwa jumlah mall di Jakarta telah
mencapai angka 170 pada tahun 2010 lalu.[1] Hal tersebut secara
langsung maupun tidak langsung juga berdampak terhadap tingginya tingkat
pertumbuhan ekonomi di ibukota Indonesia tersebut. Pada akhir tahun 2011 yang
lalu, DKI Jakarta berhasil menempati posisi pertama sebagai daerah yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional dan memiliki pertumbuhan ekonomi
tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.[2]