24 March 2011

I

Di setiap penjuru dunia ini setiap negara, organisasi, gerakan, dan apapun itu namanya pasti memiliki setidaknya satu pemimpin atau koordinator untuk penyebutan lainnya. Masing - masing pemimpin memiliki sebuah gaya kepemimpinan tersendiri yang sudah melekat didalam dirinya sejak ia lahir, dan saat individu tersebut mengenal dunia secara lebih terbuka maka gaya kepemimpinannya pun ikut terpengaruh dengan lingkungan tempat ia berada.

Tegas, peragu, pemarah, pemaaf, cepat tanggap, mudah cuci tangan, dan sifat - sifat lain yang dimiliki oleh para pemimpin adalah sebuah ciri tersendiri menurut saya untuk membedakan karakteristik antara pemimpin yang satu dengan lainnya. Walaupun memang terdapat beberapa sifat yang mirip diantara pemimpin - pemimpin tersebut, tetapi menurut saya (lagi) persamaan tersbeut hanyalah sebuah titik kecil belaka yang membuat setiap pemimpin dirasa "sama" oleh yang menganggap mereka SAMA !


Apa maksud dari semua basa - basi diatas ? saya ingin menegaskan disini bahwa (mungkin) gaya kepemimpinan saya adalah gaya yang tidak banyak manusia senangi. Pemarah, terkadang meremehkan pekerjaan, menganut paham lebih cepat lebih baik, adalah sekian ciri kepemimpinan yang dapat saya identifikasi dari dalam diri sendiri. Sifat pemarah jelas sangat tidak disukai oleh manusia disana, dan saya jelas sekali ingin merubah (setidaknya meredam) sedikit gelora kemarahan yang ada didalam diri saya. Banyak cara untuk meredam hal tersebut, akan tetapi sedikit manusia yang dapat memahami bahwa saya disini sedang berusaha untuk meredam sifat tersebut. Tidak bisa saya langsung menghapuskan sifat pemarah yang sudah ada sejak lama didalam diri ini begitu saja, proses dibutuhkan disini, dan saya memaklumi jika ada manusia - manusia yang (mungkin) merasa tersakiti dengan adanya proses itu.


Tapi apakah saya pernah melampiaskan kemarahan tanpa adanya alasan yang jelas ? saya rasa dan seingat saya TIDAK PERNAH. Alasan yang ada pun bukanlah semata - mata alasan konyol untuk membenarkan kemarahan saya, tetapi itu merupakan alasan yang memang wajar adanya sehingga muncullah kemarahan dalam diri ini. Tetapi mungkin penyampaian emosi sangat tidak terkendali dari diri saya pribadi sehingga banyak manusia yang tidak menyukai sifat ini. Perlahan saya mencoba untuk mengendalikan amarah tersebut, tapi saya kembali berpikir :  

"Apakah mungkin tipikal orang Indonesia yang sering merasa lupa diri ketika sudah diberikan kebaikan dan keleluasaan akan dapat mengerti kewajiban mereka tanpa harus menuntut hak terdahulu ?"


Karena saya melihat begitu mudahnya pemimpin yang tidak memiliki sifat "liar" dan tegas didalam dirinya dipermainkan oleh manusia - manusia disekeliling pemimpin tersebut. Didukung pula oleh lingkungan yang menyukai pemimpin seperti itu, pemimpin yang dapat dijadikan "mainan" bagi mereka. Sungguh ironis, lalu mau apa kalian manusia ?


Tegas, adalah salah satu hal yang jelas berbeda dengan Marah, tetapi saya sampai saat ini belum dapat memahami secara penuh apa perbedaan dari kedua hal tersebut. Belum secara penuh saya memahami, dan saya tak ingin keinginan untuk memahami tersebut mati hanya karena tuntutan lingkungan yang kejam. Benar mungkin apa yang dikatakan oleh beberapa manusia di luar sana bahwa menulis adalah salah satu cara yang efektif dapat meredam kemarahan dalam diri manusia. Saya sebagai manusia mencoba hal tersebut, saat ini, dan kembali saya mendapatkan satu pencerahan dari lingkungan hari ini.



Terima Kasih

No comments:

Post a Comment