27 June 2012

Pendidikan (Inter)Nasional


Sumber : < http://www.gema-nurani.com/wp-content/uploads/2012/02/RSBI.jpg >

Apa gunanya hidup tanpa melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar kita ? Sebagai makhluk sosial, manusia memang ditakdirkan untuk terus menjalin hubungan dengan lingkungannya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika hidup di dunia ini dilakukan tanpa interaksi sama sekali. Kosong, itu mungkin jawabnya. Urgensi interaksi dalam kehidupan memang nyata adanya.

Tak ayal, negara yang hadir karena adanya kesatuan antara beberapa manusia di dalam suatu wilayah  juga membutuhkan interaksi dengan lingkungannya. Dunia, lingkungan universal yang di dalamnya terdapat banyak negara dengan latar belakang berbeda-beda, menjadi arena. Negara sebagai aktor memiliki hakikat untuk terus berinteraksi dengan sesamanya di dalam arena tersebut.

Hubungan universal yang terjalin itu sudah ada sejak konsep negara hadir di jaman Yunani Kuno. Tentu pada awalnya hubungan yang terbentuk masih bersifat sederhana. Bentuk interaksi yang terbangun tersebut dapat berupa perang, perdagangan dan kerjasama contohnya. Namun, seiring perkembangan jaman batas-batas geografi yang sempat menghalangi mulai hilang. Kemajuan teknologi menjadi faktor utama hilangnya batas-batas tersebut. Alhasil, dapat dikatakan bahwa kualitas interaksi antar negara di dunia mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan masa-masa awal terjalinnya hubungan universal tersebut.

Kali ini, penulis akan memberatkan pembahasan pada bentuk hubungan universal berupa kerjasama antar negara. Aspek pendidikan menjadi fokusnya. Kerjasama dalam bidang pendidikan menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh semua negara. Perbedaan ras dan budaya antara masing-masing negara menimbulkan adanya keberagaman ilmu dan pengetahuan di dunia ini. Menjadi wajar ketika pada akhirnya setiap negara memiliki hasrat untuk saling bertukar ilmu pengetahuan.


Interaksi Pendidikan
Kerjasama dalam bidang pendidikan sebenarnya sudah dilakukan secara sadar maupun tidak sadar oleh tiap-tiap negara di dunia. Distribusi buku dan jurnal antar wilayah yang semakin mudah dilakukan menjadi satu contoh bentuk kerjasama yang terbentuk. Selain itu, berbagai bentuk pendidikan melalui media televisi, internet, bahkan radio saat ini sudah dapat dilakukan secara lintas negara.
Selain bentuk-bentuk yang telah disebutkan, dalam ruang formal pendidikan (melalui sekolah dan lembaga pendidikan lainnya) juga terdapat kerjasama antar negara yang terbentuk. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, kerjasama melalui ruang formal pendidikan sudah dilakukan sejak lama. Kerjasama antara universitas di Indonesia dengan kampus negara lain dalam hal pertukaran pelajar menjadi contohnya. Kerjasama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendidikan juga semakin nyata nampak dalam pengelolaan pendidikan di negara ini.

Dampak positif yang didapatkan dari adanya kerjasama tersebut memang tidak sedikit jumlahnya. Namun, perlu diperhatikan bagaimana bentuk kerjasama yang terjalin semakin lama tampak memberikan ancaman bagi kedaulatan budaya negeri ini sendiri. Penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar semakin sering kita jumpai adanya. Dengan berbagai alasan tentunya hal tersebut dilakukan. Tidak buruk memang, namun jika hal ini dibiarkan terjadi, bagaimana nasib bahasa Indonesia kedepannya ?

Kedudukan bahasa pengantar dalam proses belajar-mengajar mendapat perhatian serius ketika dikaitkan dengan wacana pembentukan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) oleh pemerintah. Dalam konsepnya, tiap-tiap RSBI nantinya akan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di beberapa mata pelajaran yang diberikan. Hal tersebut tentu akan menimbulkan masalah baru, karena hingga saat ini kualitas SDM para guru dirasa belum mampu untuk melakukan proses belajar-mengajar menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantarnya.

Kesan pemaksaan konsep RSBI oleh pemerintah sangat jelas terlihat. Jika memang ingin menciptakan sekolah-sekolah dan manusia Indonesia yang dapat bersaing di dunia internasional, kenapa tidak gunakan saja budaya lokal sebagai basis pendidikan ? Penggunaan bahasa masing-masing daerah dan penguatan identitas daerah serta nasional dalam proses pendidikan formal tentu akan lebih efektif digunakan, jika target yang ingin dicapai adalah menciptakan manusia Indonesia yang berkarakter.

Turut serta dalam kerjasama antar negara di dunia bukan berarti ikut menghilangkan secara perlahan budaya dan identitas bangsa sendiri. Justru hubungan yang harus terbangun adalah interaksi dengan basis budaya dan identitas nasional masing-masing negara. Dengan adanya pola hubungan seperti itu, maka kerjasama yang terbangun akan menimbulkan korelasi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. 

No comments:

Post a Comment