Sumber : < http://www.gema-nurani.com/wp-content/uploads/2012/02/RSBI.jpg > |
Apa gunanya hidup tanpa melakukan
interaksi dengan lingkungan sekitar kita ? Sebagai makhluk sosial, manusia
memang ditakdirkan untuk terus menjalin hubungan dengan lingkungannya. Tidak
dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika hidup di dunia ini dilakukan tanpa
interaksi sama sekali. Kosong, itu mungkin jawabnya. Urgensi interaksi dalam
kehidupan memang nyata adanya.
Tak
ayal, negara yang hadir karena adanya kesatuan antara beberapa manusia di dalam
suatu wilayah juga membutuhkan interaksi
dengan lingkungannya. Dunia, lingkungan universal yang di dalamnya terdapat
banyak negara dengan latar belakang berbeda-beda, menjadi arena. Negara sebagai
aktor memiliki hakikat untuk terus berinteraksi dengan sesamanya di dalam arena
tersebut.
Hubungan
universal yang terjalin itu sudah ada sejak konsep negara hadir di jaman Yunani
Kuno. Tentu pada awalnya hubungan yang terbentuk masih bersifat sederhana. Bentuk
interaksi yang terbangun tersebut dapat berupa perang, perdagangan dan
kerjasama contohnya. Namun, seiring perkembangan jaman batas-batas geografi
yang sempat menghalangi mulai hilang. Kemajuan teknologi menjadi faktor utama
hilangnya batas-batas tersebut. Alhasil, dapat dikatakan bahwa kualitas
interaksi antar negara di dunia mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
masa-masa awal terjalinnya hubungan universal tersebut.
Kali
ini, penulis akan memberatkan pembahasan pada bentuk hubungan universal berupa
kerjasama antar negara. Aspek pendidikan menjadi fokusnya. Kerjasama dalam
bidang pendidikan menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh semua
negara. Perbedaan ras dan budaya antara masing-masing negara menimbulkan adanya
keberagaman ilmu dan pengetahuan di dunia ini. Menjadi wajar ketika pada
akhirnya setiap negara memiliki hasrat untuk saling bertukar ilmu pengetahuan.
Interaksi Pendidikan
Kerjasama
dalam bidang pendidikan sebenarnya sudah dilakukan secara sadar maupun tidak
sadar oleh tiap-tiap negara di dunia. Distribusi buku dan jurnal antar wilayah
yang semakin mudah dilakukan menjadi satu contoh bentuk kerjasama yang
terbentuk. Selain itu, berbagai bentuk pendidikan melalui media televisi,
internet, bahkan radio saat ini sudah dapat dilakukan secara lintas negara.
Selain
bentuk-bentuk yang telah disebutkan, dalam ruang formal pendidikan (melalui
sekolah dan lembaga pendidikan lainnya) juga terdapat kerjasama antar negara
yang terbentuk. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, kerjasama melalui ruang
formal pendidikan sudah dilakukan sejak lama. Kerjasama antara universitas di
Indonesia dengan kampus negara lain dalam hal pertukaran pelajar menjadi
contohnya. Kerjasama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendidikan juga
semakin nyata nampak dalam pengelolaan pendidikan di negara ini.
Dampak
positif yang didapatkan dari adanya kerjasama tersebut memang tidak sedikit
jumlahnya. Namun, perlu diperhatikan bagaimana bentuk kerjasama yang terjalin
semakin lama tampak memberikan ancaman bagi kedaulatan budaya negeri ini
sendiri. Penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar semakin sering
kita jumpai adanya. Dengan berbagai alasan tentunya hal tersebut dilakukan.
Tidak buruk memang, namun jika hal ini dibiarkan terjadi, bagaimana nasib
bahasa Indonesia kedepannya ?
Kedudukan
bahasa pengantar dalam proses belajar-mengajar mendapat perhatian serius ketika
dikaitkan dengan wacana pembentukan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional) oleh pemerintah. Dalam konsepnya, tiap-tiap RSBI nantinya akan
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di beberapa mata pelajaran
yang diberikan. Hal tersebut tentu akan menimbulkan masalah baru, karena hingga
saat ini kualitas SDM para guru dirasa belum mampu untuk melakukan proses belajar-mengajar
menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantarnya.
Kesan
pemaksaan konsep RSBI oleh pemerintah sangat jelas terlihat. Jika memang ingin
menciptakan sekolah-sekolah dan manusia Indonesia yang dapat bersaing di dunia
internasional, kenapa tidak gunakan saja budaya lokal sebagai basis pendidikan
? Penggunaan bahasa masing-masing daerah dan penguatan identitas daerah serta
nasional dalam proses pendidikan formal tentu akan lebih efektif digunakan,
jika target yang ingin dicapai adalah menciptakan manusia Indonesia yang
berkarakter.
Turut
serta dalam kerjasama antar negara di dunia bukan berarti ikut menghilangkan
secara perlahan budaya dan identitas bangsa sendiri. Justru hubungan yang harus
terbangun adalah interaksi dengan basis budaya dan identitas nasional
masing-masing negara. Dengan adanya pola hubungan seperti itu, maka kerjasama
yang terbangun akan menimbulkan korelasi positif bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia.
No comments:
Post a Comment